Rabu, 17 Agustus 2011

akuntansi biaya bab 5

AKUNTANSI BIAYA (COST ACCOUNTING)

POKOK BAHASAN 5:      SISTEM HARGA POKOK PESANAN

SUBPOKOK BAHASAN:
1.1.       Penentuan harga pokok pesanan.
1.2.       Akuntansi sistem harga pokok pesanan.
1.3.       Produk rusak dan akuntansi produk rusak.
1.4.       Produk cacat dan akuntansi produk cacat.
1.5.       Sisa bahan dan akuntansi sisa bahan.
1.6.       Limbah bahan dan akuntansi limbah bahan.

MATERI PERKULIHAN

1.1.       Penentuan Harga Pokok Pesanan
Penentuan harga pokok produk pada perusahaan yang memproduksi barang berdasarkan pesanan pelanggan, seperti perusahaan percetakan, perusahaan konstruksi, perusahaan pembuat kapal, dan perusahaan pembuat pesawat terbang, sangat cocok menggunakan sistem harga pokok pesanan. Dalam sistem harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan menggunakan buku pembantu yang disebut kartu harga pokok pesanan (job order cost sheet). Kartu harga pokok pesanan dibuat untuk setiap pesanan. Kartu harga pokok pesanan mencatat informasi tentang pembebanan biaya produksi untuk setiap pesanan yang meliputi pemakaian bahan baku, alokasi biaya tenaga kerja langsung, dan pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar tarif tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya. Contoh job order cost sheet dapat dilihat pada Polimeni Ch. 5 hal 208. Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai diproses.

1.2.       Akuntansi Sistem Harga Pokok Pesanan
Akuntansi dalam sistem harga pokok pesanan terdiri atas akuntansi untuk biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, penyelesaian pesanan, dan penyerahan pesanan (penjualan). Akuntansi untuk biaya bahan dapat dibedakan menjadi akuntansi pembelian bahan dan pemakaian bahan. Akuntansi untuk biaya tenaga kerja dapat dibedakan menjadi akuntansi timbulnya biaya tenaga kerja dan alokasi biaya tenaga kerja. Akuntansi biaya overhead pabrik dapat dibedakan menjadi akuntansi untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya dan pembebanan biaya overhead pabrik.

Contoh

PT Mojosongo Furniture memproduksi berbagai macam mebel serta peralatan rumah tangga dan kantor. Pada tanggal 25 Juni 2000, PT Mojosongo Furniture mendapat pesanan seperangkat meja dan kursi kantor dari PT Makmur. Harga jual pesanan tersebut ditetapkan sebesar Rp12.000.000,00 dan PT Makmur menginginkan pesanan tersebut diterima pada atau sebelum tanggal 10 Juli 2000. Pesanan PT Makmur merupakan pesanan no. 85.

Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan pesanan no. 85.
1.      Pembelian bahan:
Pada tanggal 2 Juli 2000, diterima bahan senilai Rp11.000.000,00 dari pembelian secara kredit dengan perincian sebagai berikut:
§  20 lembar kayu mahoni (Rp500.000,00 per lembar)....................... Rp10.000.000,00
§  100 liter cat melamin (Rp5.000 per liter).................................................. 500.000,00
§  15 kaleng lem (Rp20.000,00 per kaleng).................................................. 300.000,00
§  5 kotak paku (Rp40.000,00 per kotak)..................................................... 200.000,00
2.      Pemakaian bahan:
Pada tanggal 3 Juli 2000, departemen produksi meminta bahan dan mulai mengerjakan pesanan no. 85. Perincian bahan yang diminta adalah sebagai berikut.
§  5 lembar kayu mahoni.................................................................... Rp2.500.000,00
§  Bahan penolong (tidak semua digunakan untuk pesanan no. 85):
§  10 liter cat melamin.........................................................................         50.000,00
§  1 kaleng cat......................................................................................         20.000,00
§  1 kotak paku....................................................................................         40.000,00
3.      Biaya tenaga kerja:
Biaya tenaga kerja yang diakui minggu pertama Juli 2000 (tanggal 1 – 7 Juli 2000):
§  Upah langsung untuk pesanan no.73............................................. Rp   300.000,00
§  Upah langsung untuk pesanan no. 85................................................. 3.500.000,00
§  Upah tidak langsung........................................................................... 1.000.000,00
4.      Biaya overhead pabrik dibebankan:
§  Biaya overhead pabrik dibebankan kepada pesanan no. 85 atas dasar tarif sebesar 75% dari upah langsung.
5.      Biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya selain bahan penolong dan upah tidak langsung adalah sebagai berikut.
§  Depresiasi mesin............................................................................. Rp  220.000,00
§  Depresiasi gedung pabrik....................................................................   290.000,00
§  Macam-macam biaya overhead pabrik lain......................................... 1.490.000,00
6.      Penyelesaian pesanan:
Pada tanggal 7 Juli 2000, pesanan no. 85 selesai diproses dan dikirim ke gudang barang jadi.
7.      Penyerahan pesanan:
Pesanan no. 85 dikirimkan kepada PT Makmur pada tanggal 10 Juli 2000 dan akan dibayar oleh PT Makmur 20 hari kemudian.
Pertanyaan:
1.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 2  Juli 2000.
2.      Buatlah jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 3 Juli 2000.
3.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada tanggal 7 Juli 2000.
4.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik untuk pesanan no. 85 pada tanggal 7 Juli 2000.
5.      Buatlah jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya selain bahan penolong dan upah tidak langsung.
6.      Buatlah jurnal untuk mencatat penyelesaian pesanan no. 85 yang dikirim ke gudang barang jadi pada tanggal 7 Juli 2000.
7.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengiriman pesanan no. 85 kepada PT Makmur pada tanggal 10  Juli 2000.

Latihan

Berikut ini transaksi yang terjadi pada PT Gunung Sari selama bulan Juli 2000:
1.         Pada tanggal 5 Juli 2000, Departemen Pembelian membeli bahan secara kredit.
a.       50.000 lembar aluminium seharga Rp15.000,00 per lembar.
b.      500 liter cleaning fluid seharga Rp100.000,00 per liter.
2.         Pada tgl. 7 Juli 2000, PT Gunung Sari menerima dua buah pesanan, yaitu pesanan 101 dan pesanan 102. Pesanan 101 diharapkan selesai tanggal 20 Juli 2000, sedang pesanan 102 diharapkan selesai tanggal 24 Juli 2000. Semua produk akan diproses melalui dua departemen produksi, yaitu Departemen Pembentukan dan Departemen Penyelesaian. Untuk memproses pesanan tersebut, pada tgl. 7 Juli 2000 masing-masing departemen produksi meminta bahan sebagai berikut.
Pesanan           Kuantitas         Jenis Bahan
Departemen Pembentukan         101               2.500 lembar     Aluminium
                                                                     102                  300 lembar     Aluminium
Departemen Penyelesaian          ---                     10 liter          Cleaning fluid  
3.         Biaya tenaga kerja yang dibayar pada akhir minggu kedua adalah:
Tanggal Pembayaran               Dep. Pembentukan             Dep. Penyelesaian
15 Juli 2000:
                  Upah langsung - pes 101  Rp31.000.000,00               Rp7.000.000,00
                  Upah langsung - pes 102      15.000.000,00                     2.000.000,00
Upah tidak langsung             11.000.000,00
4.         Biaya overhead pabrik dibebankan ke departemen produksi atas dasar upah langsung:
a.       Dep. Pembentukan:     100% dari upah langsung
b.      Dep. Penyelesaian:      50% dari upah langsung
5.         Biaya overhead lain yang terjadi di Departemen Pembentukan:
a.       Biaya asuransi             Rp24.000.000,00
b.      Biaya penyusutan              3.000.000,00
c.       PPh karyawan                   4.000.000,00
6.         Pada tanggal 19 Juli 2000, pesanan 101 selesai diproses dan langsung disimpan di gudang.
7.         Pesanan 101 diserahkan kepada pemesan pada tanggal 20 Juli 2000 dan dibayar tunai seharga Rp143.000.000,00.
8.         Biaya tenaga kerja yang dibayar pada akhir minggu ketiga adalah:
Tanggal Pembayaran               Dep. Pembentukan             Dep. Penyelesaian
22 Juli 2000:
                  Upah langsung - pes 102                                                  4.000.000,00
Upah tidak langsung                                                        1.500.000,00
9.         Pesanan 102 selesai diproses pada tanggal 22 Juli 2000 dan segera disimpan di gudang.
10.     Pada tanggal 24 Juli 2000 pesanan 102 diserahkan kepada pemesan dan dibayar tunai seharga Rp57.000.000,00.
Pertanyaan:
1.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 5 Juli 2000.
2.      Buatlah jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 7 Juli 2000.
3.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada tanggal 15 Juli 2000.
4.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik untuk pesanan no. 101 dan 102  pada tanggal 15 Juli 2000.
5.      Buatlah jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya selain bahan penolong dan upah tidak langsung.
6.      Buatlah jurnal untuk mencatat penyelesaian pesanan no. 101 yang dikirim ke gudang barang jadi pada tanggal 19 Juli 2000.
7.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengiriman pesanan no. 101 kepada pemesan pada tanggal 20 Juli 2000.
8.      Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada tanggal 22 Juli 2000.
9.      Buatlah jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik untuk pesanan no. 102  pada tanggal 22 Juli 2000.
10.  Buatlah jurnal untuk mencatat penyelesaian pesanan no. 102 yang dikirim ke gudang barang jadi pada tanggal 22 Juli 2000.
11.  Buatlah jurnal untuk mencatat pengiriman pesanan no. 102 kepada pemesan pada tanggal 24 Juli 2000.

1.3.       Produk Rusak dan Akuntansi Produk Rusak
Produk rusak (spoiled unit) adalah produk yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan dan tidak dapat diperbaiki. Produk rusak kemungkinannya dapat dijual atau harus dibuang. Perlakuan akuntansi terhadap produk rusak tergantung penyebab yang mengakibatkan terjadinya produk rusak. Penyebab terjadinya produk rusak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) normal dan (2) abnormal. Produk rusak normal adalah produk rusak yang terjadinya tidak dapat dihindari. Produk rusak abnormal adalah produk rusak yang terjadi karena kesalahan karyawan.

Contoh 1 (Produk rusak normal)
Setelah pesanan no. 110 selesai diproses diketahui bahwa 40 unit dari seluruh pesanan tersebut merupakan produk rusak. Harga pokok produk tersebut adalah Rp50.000,00 per unit dan produk rusak tersebut diperkirakan akan laku terjual Rp10.000,00 per unit.
Pertanyaan:
1.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk rusak jika produk rusak dialokasikan ke seluruh pesanan.
2.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk rusak jika produk rusak dialokasikan ke pesanan 110.

 

Contoh 2 (Produk rusak abnormal)

Dalam pesanan no. 116 sebanyak 5.000 unit dengan total harga pokok produksi Rp20.000.000,00, terdapat 20 unit produk rusak yang terjadi karena kecerobohan karyawan. Produk rusak tersebut diperkirakan akan laku dijual Rp500,00 per unit.
Pertanyaan:
Buatlah jurnal untuk mencatat produk rusak tersebut.

 

Contoh 3 (Produk rusak normal dan abnormal)

Pada bulan Agustus 2000, perusahaan menerima pesanan produksi sebanyak 10.000 unit yang diperkirakan 0,5%-nya akan rusak (produk rusak normal). Pada akhir Agustus 2000, dapat diselesaikan 9.910 unit produk sesuai dengan pesanan tetapi yang 90 unit merupakan produk rusak yang diperkirakan akan laku dijual Rp500,00 per unit. Total biaya produksi untuk memproses pesanan tersebut adalah Rp30.000.000,00.
Pertanyaan: 
1.      Hitunglah jumlah produk yang rusak normal dan abnormal.
2.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk rusak normal jika rugi produk rusak:
a.       dialokasikan ke seluruh pesanan.
b.      dialokasikan ke pesanan tertentu.
3.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk rusak abnormal.
4.      Hitunglah harga pokok produk per unit yang baru jika rugi produk rusak:
a.       dialokasikan ke seluruh pesanan.
b.      dialokasikan ke pesanan tertentu.

1.4.       Produk Cacat dan Akuntansi Produk Cacat
Produk cacat (defective unit) adalah produk yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan dan dapat diperbaiki. Untuk itu diperlukan biaya perbaikan. Perlakuan akuntansi terhadap biaya perbaikan ini tergantung penyebab yang mengakibatkan terjadinya produk cacat. Seperti halnya pada produk rusak, penyebab terjadinya produk cacat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) normal dan (2) abnormal.

Contoh
Dari 40.000 unit produk yang diproses, 1.000 unit diantaranya merupakan produk cacat dan diperkirakan 1% dari produk yang diproses merupakan produk cacat normal. Total biaya perbaikan untuk memproses ulang 1.000 unit produk cacat tersebut menjadi produk baik adalah:
            - Bahan baku                                       Rp  500.000,00
            - Tenaga kerja langsung terutang            1.000.000,00
            - BOP dibebankan                                     500.000,00
Pertanyaan: 
1.      Hitunglah jumlah unit produk cacat normal dan abnormal.
2.      Hitunglah biaya perbaikan setiap jenis biaya perbaikan per unit.
3.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya biaya perbaikan produk cacat normal jika:
a.       dialokasikan ke seluruh pesanan.
b.      dialokasikan ke pesanan tertentu.
4.      Buatlah jurnal untuk mencatat terjadinya produk cacat abnormal.

1.5.       Sisa Bahan dan Akuntansi Sisa Bahan
Sisa bahan (scrap material) terjadi akibat dalam pemakaian bahan tidak semua bahan dimanfaatkan, artinya ada sebagian  bahan yang tersisa. Sisa bahan ini tidak dapat dimanfaatkan untuk proses produksi, tetapi biasanya laku dijual. Perlakuan akuntansi terhadap hasil penjualan sisa bahan dapat dibedakan menjadi (1) dialokasikan ke seluruh pesanan atau (2) dialokasikan ke pesanan tertentu.

Contoh
Dalam memproses pesanan no. 120, terdapat sisa bahan yang laku dijual secara tunai seharga Rp100.000,00.
Pertanyaan:
Buatlah jurnal untuk mencatat penjualan sisa bahan tersebut jika sisa bahan:
1.         dialokasikan ke seluruh pesanan,
2.         dialokasikan ke pesanan tertentu.


1.6.       Limbah Bahan dan Akuntansi Limbah Bahan
Limbah bahan (waste material) adalah sisa bahan yang tidak laku dijual. Untuk itu diperlukan biaya untuk membuang atau memusnahkan limbah bahan tersebut. Perlakuan akuntansi terhadap biaya pembuangan atau pemusnahan limbah bahan dapat dibedakan menjadi (1) dialokasikan ke seluruh pesanan atau (2) dialokasikan ke pesanan tertentu.

Contoh
Dalam memproses pesanan no. 125, terdapat limbah bahan yang harus dibuang (dimusnahkan). Untuk itu dibayar biaya pembuangan sebesar Rp100.000,00.
Pertanyaan:
Buatlah jurnal untuk biaya pembuangan sisa bahan tersebut jika limbah bahan:
1.         dialokasikan ke seluruh pesanan,
2.         dialokasikan ke pesanan tertentu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar