POKOK BAHASAN 7: Sistem Harga Pokok Proses - Lanjutan
SUBPOKOK BAHASAN:
1.1. Perlakuan persediaan barang dalam proses awal - metode rata-rata.
1.2. Perlakuan persediaan barang dalam proses awal - metode FIFO.
1.3. Produk rusak dan akuntansi produk rusak.
1.4. Produk cacat dan akuntansi produk cacat.
1.5. Sisa bahan dan akuntansi sisa bahan.
1.6. Limbah bahan dan akuntansi limbah bahan.
MATERI PERKULIAHAN
1.1. Perlakuan Persediaan Barang Dalam Proses Awal - Metode Rata-Rata
Jika pada awal periode terdapat persediaan barang dalam proses, maka perlakuan akuntansinya dapat menggunakan metode rata-rata atau metode FIFO. Dengan menggunakan metode rata-rata diasumsikan bahwa persediaan barang dalam proses awal dan barang masuk proses periode yang bersangkutan diproses secara bersamaan. Barang jadi (barang yang selesai diproses) tidak dibedakan menjadi barang jadi yang berasal dari barang dalam proses awal dan barang jadi yang berasal yang barang masuk proses periode yang besangkutan. Biaya produksi yang terkandung dalam barang dalam proses awal digabung dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode yang bersangkutan. Unit ekuivalen dihitung atas dasar unit keluarannya, yaitu barang jadi dan barang dalam proses akhir. Unit ekuivalen dan biaya per unit ekuivalen dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Unit ekuivalen = unit barang jadi + (unit barang dalam proses akhir x % penyelesaian)
HP Persed. barang dalam proses awal + Biaya yang ditambahkan periode ini
Biaya per unit ekuivalen =
Unit ekuivalen
Contoh
PT Mulyo memproses produknya melalui dua departemen produksi, yaitu Departemen 1 dan Departemen 2. Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di Departemen 1 dan Departemen 2 selama Agustus 1999.
| Departemen 1 | Departemen 2 |
BDP awal (100% bahan, 40% konversi) BDP awal (100% bahan, 20% konversi) Barang masuk proses Mei 1999 Barang yang ditransfer ke Departemen 2 Tambahan unit pada Departemen 2 Barang jadi ditransfer ke gudang BDP akhir (100% bahan, 60% konversi) BDP akhir (100% bahan, 30% konversi) Harga pokok barang dalam proses awal: Harga pokok dari Departemen 1 Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik (dibebankan) | 4.000 unit 40.000 unit 35.000 unit 9.000 unit - Rp1.400.000,00 656.000,00 1.100.000,00 | 6.000 unit 5.000 unit 44.000 unit 2.000 unit Rp4.000.00,00 1.200.000,00 1.028.000,00 460.000,00 |
Biaya yang ditambahkan Agustus 1999: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik (dibebankan) | Rp14.000.000,00 5.000.000,00 9.000.000,00 | Rp8.000.000,00 7.000.000,00 4.000.000,00 |
Pertanyaan:
Jika penilaian persediaan barang dalam proses awal menggunakan metode rata-rata:
1.Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 1 untuk bulan Agustus 1999.
2.Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 2 untuk bulan Agustus 1999.
PT Mulyo Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 1 Agustus 2007 METODE RATA-RATA | |||
Kuantitas: Unit masukan: Barang dalam proses awal Unit masuk proses Unit keluaran: Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 2 Unit barang dalam proses akhir | | 4.000 40.000 35.000 9.000 | 44.000 44.000 |
Unit Ekuivalen: Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 2 Unit barang dalam proses akhir: 9.000 x 100% 9.000 x 60% | | Bahan Baku 35.000 9.000 . 44.000 | Konversi 35.000 5.400 40.400 |
Perhitungan Harga Pokok per Unit: Biaya bahan baku: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya overhead pabrik Total biaya | Total Biaya Rp1.400.000,00 14.000.000,00 Rp15.400.000,00 Rp 656.000,00 5.000.000,00 Rp 5.656.000,00 Rp 1.100.000,00 9.000.000,00 Rp10.100.000,00 Rp31.156.000,00 | Unit Ekuivalen 44.000 40.400 40.400 | Harga Pokok per Unit Rp350,00 140,00 250,00 Rp740,00 |
Perhitungan Harga Pokok: Barang jadi ditransfer ke Dep. 2 (35.000 x Rp740,00) Barang dalam proses akhir: Biaya bahan baku (9.000 x Rp350,00) Biaya tenaga kerja langsung (9.000 x 60% x Rp140,00) Biaya overhead pabrik (9.000 x 60% x Rp250,00) | Rp3.150.000,00 756.000,00 1.350.000,00 | Rp25.900.000,00 5.256.000,00 Rp31.156.000,00 | |
PT Mulyo Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 2 Agustus 1999 | |||
Kuantitas: Unit masukan: Barang dalam proses awal Unit yang diterima dari Dep. 1 Unit yang ditambahkan di Dep. 2 Unit keluaran: Unit barang jadi ditransfer ke gudang Unit barang dalam proses akhir | | 6.000 35.000 5.000 44.000 2.000 | 46.000 46.000 |
Unit Ekuivalen: Unit barang jadi ditransfer ke gudang Unit barang dalam proses akhir: 2.000 x 100% 2.000 x 30% | | Bahan Baku 44.000 2.000 . 46.000 | Konversi 44.000 600 44.600 |
Perhitungan Harga Pokok per Unit: Harga pokok dari Dep.1 : Barang dalam proses awal Ditransfer dari Dep. 1 periode ini Unit yang ditambahkan di Dep. 2 Harga pokok dari Dep. 1 dises. Biaya bahan baku: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya overhead pabrik Total biaya | Total Biaya Rp 4.000.000,00 25.900.000,00 -- Rp29.900.000,00 Rp 1.200.000,00 8.000.000,00 Rp 9.200.000,00 Rp 1.028.000,00 7.000.000,00 Rp 8.028.000,00 Rp 460.000,00 4.000.000,00 Rp 4.460.000,00 Rp51.588.000,00 | Unit Ekuivalen 6.000 35.000 5.000 46.000 46.000 44.600 44.600 | Harga Pokok per Unit Rp 650,00 200,00 180,00 100,00 Rp1.130,00 |
Perhitungan Harga Pokok: Barang jadi ditransfer ke gudang (44.000 x Rp1.130,00) Barang dalam proses akhir: Harga pokok dari Dep. 1 (2.000 x Rp650,00) Biaya bahan baku (2.000 x Rp200,00) Biaya tenaga kerja langsung (2.000 x 30% x Rp180,00) Biaya overhead pabrik (2.000 x 30% x Rp100,00) | Rp1.300.000,00 400.000,00 108.000,00 60.000,00 | Rp49.720.000,00 1.868.000,00 Rp51.588.000,00 |
1.2. Perlakuan Persediaan Barang Dalam Proses Awal - Metode FIFO
Dengan menggunakan metode FIFO diasumsikan bahwa persediaan barang dalam proses awal diproses terlebih dahulu, setelah selesai baru memproses barang masuk proses periode. Oleh karena itu, barang jadi harus dibedakan menjadi barang jadi yang berasal dari persediaan barang dalam proses awal dan yang berasal dari barang masuk proses periode ini. Biaya produksi yang terkandung dalam barang dalam proses awal tidak digabung dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode yang bersangkutan. Unit ekuivalen dihitung atas dasar unit yang menikmati biaya produksi yang ditambahkan dalam periode ini. Unit ekuivalen dan biaya per unit ekuivalen dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Unit ekuivalen = (unit barang jadi - unit barang dalam proses awal)
+ (unit barang dalam proses awal x % untuk menyelesaikan)
+ (unit barang dalam proses akhir x % penyelesaian)
Biaya per unit ekuivalen = Biaya yang ditambahkan periode ini
Unit ekuivalen
Contoh
PT Mulyo memproses produknya melalui dua departemen produksi, yaitu Departemen 1 dan Departemen 2. Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di Departemen 1 dan Departemen 2 selama Agustus 1999.
| Departemen 1 | Departemen 2 |
BDP awal (100% bahan, 40% konversi) BDP awal (100% bahan, 20% konversi) Barang masuk proses Mei 1999 Barang yang ditransfer ke Departemen 2 Tambahan unit pada Departemen 2 Barang jadi ditransfer ke gudang BDP akhir (100% bahan, 60% konversi) BDP akhir (100% bahan, 30% konversi) Harga pokok barang dalam proses awal: Harga pokok dari Departemen 1 Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik (dibebankan) | 4.000 unit 40.000 unit 35.000 unit 9.000 unit - Rp1.400.000,00 656.000,00 1.100.000,00 | 6.000 unit 5.000 unit 44.000 unit 2.000 unit Rp4.000.00,00 1.200.000,00 1.028.000,00 460.000,00 |
Biaya yang ditambahkan Agustus 1999: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik (dibebankan) | Rp14.000.000,00 5.000.000,00 9.000.000,00 | Rp8.000.000,00 7.000.000,00 4.000.000,00 |
Pertanyaan:
Jika penilaian persediaan barang dalam proses awal menggunakan metode FIFO:
1. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 1 untuk bulan Agustus 1999.
2. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 2 untuk bulan Agustus 1999.
PT Mulyo Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 1 Agustus 1999 (Metode FIFO) | |||
Kuantitas: Unit masukan: Barang dalam proses awal Unit masuk proses Unit keluaran: Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 2 Unit barang dalam proses akhir | | 4.000 40.000 35.000 9.000 | 44.000 44.000 |
Unit Ekuivalen: Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 2 Unit barang dalam proses awal Unit brg jadi masuk proses periode ini Unit barang dalam proses awal: 4.000 x (100% - 100%) 4.000 x (100% - 40%) Unit barang dalam proses akhir: 9.000 x 100% 9.000 x 40% | | Bahan Baku 35.000 (4.000) 31.000 0 9.000 . 40.000 | Konversi 35.000 (4.000) 31.000 2.400 5.400 38.800 |
Perhitungan Harga Pokok per Unit: Barang dalam proses awal Biaya yang ditambahkan: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik Total biaya | Total Biaya Rp3.156.000,00 14.000.000,00 5.000.000,00 9.000.000,00 Rp31.156.000,00 | Unit Ekuivalen 40.000 38.800 38.800 | Harga Pokok per Unit Rp350,000 128,866 231,959 Rp710,825 |
Perhitungan Harga Pokok: Barang jadi ditransfer ke Dep. 2: Barang dalam proses awal: Harga pokok persediaan Bi. tenaga kerja lang. (4.000 x 60% x Rp128,866) Biaya overhead pabrik (4.000 x 60% x Rp231,959) Barang masuk proses periode ini (31.000 x Rp710,825) Barang dalam proses akhir: Biaya bahan baku (9.000 x Rp350,00) Bi. tenaga kerja lang. (9.000 x 60% x Rp128,866) Biaya overhead pabrik (9.000 x 60% x Rp231,959) | Rp3.156.000,00 309.279,00 556.701,00 Rp3.150.000,00 695.870,00 1.252.580,00 | Rp 4.021.980,00 22.035.570,00 Rp26.057.550,00 5.098.450,00 Rp31.156.000,00 |
PT Mulyo Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 2 Agustus 1999 (Metode FIFO) | |||
Kuantitas: Unit masukan: Barang dalam proses awal Unit yang diterima dari Dep. 1 Unit yang ditambahkan di Dep. 2 Unit keluaran: Unit barang jadi ditransfer ke gudang Unit barang dalam proses akhir | | 6.000 35.000 5.000 44.000 2.000 | 46.000 46.000 |
Unit Ekuivalen: Unit barang jadi ditransfer ke gudang Unit barang dalam proses akhir: 2.000 x 100% 2.000 x 30% | | Bahan Baku 44.000 2.000 . 46.000 | Konversi 44.000 600 44.600 |
Perhitungan Harga Pokok per Unit: Harga pokok dari Dep.1 : Barang dalam proses awal Ditransfer dari Dep. 1 periode ini Unit yang ditambahkan di Dep. 2 Harga pokok dari Dep. 1 dises. Biaya bahan baku: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya overhead pabrik Total biaya | Total Biaya Rp 4.000.000,00 25.900.000,00 -- Rp29.900.000,00 Rp 1.200.000,00 8.000.000,00 Rp 9.200.000,00 Rp 1.028.000,00 7.000.000,00 Rp 8.028.000,00 Rp 460.000,00 4.000.000,00 Rp 4.460.000,00 Rp51.588.000,00 | Unit Ekuivalen 6.000 35.000 5.000 46.000 46.000 44.600 44.600 | Harga Pokok per Unit Rp 650,00 200,00 180,00 100,00 Rp1.130,00 |
Perhitungan Harga Pokok Produk: Barang jadi ditransfer ke gudang (44.000 x Rp1.130,00) Barang dalam proses akhir: Harga pokok dari Dep. 1 (2.000 x Rp650,00) Biaya bahan baku (2.000 x Rp200,00) Biaya tenaga kerja langsung (2.000 x 30% x Rp180,00) Biaya overhead pabrik (2.000 x 30% x Rp100,00) | Rp1.300.000,00 400.000,00 108.000,00 60.000,00 | Rp49.720.000,00 1.868.000,00 Rp51.588.000,00 |
1.3. Produk Rusak dan Akuntansi Produk Rusak
Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan dan tidak dapat diperbaiki. Produk rusak dapat terjadi di departemen produksi pertama atau di departemen produksi lanjutan. Perlakuan akuntansi terhadap produk rusak adalah berupa perlakuan terhadap harga pokok produk rusak tersebut. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk memperlakukan harga pokok produk rusak, yaitu (1) theory of neglect atau (2) sploilage as a separate element of cost.
Metode 1: Dalam metode ini produk rusak tidak diperhitungkan sebagai unit ekuivalen sehingga mengakibatkan harga pokok per unit produk menjadi meningkat atau dengan kata lain adanya produk rusak diabaikan (theory of neglect). Dalam metode ini, produk rusak tidak dibedakan menjadi produk rusak normal dan abnormal.
Metode 2: Dalam metode ini produk rusak dimasukkan dalam perhitungan unit ekuivalen. Produk rusak dibedakan menjadi produk rusak normal dan produk rusak abnormal. Harga pokok produk rusak normal akan menambah harga pokok produk yang baik, sedang harga pokok produk rusak abnormal diperlakukan sebagai rugi (merupakan period cost).
Contoh
Berikut ini adalah informasi tentang unit produk dan biaya produksi yang terjadi pada Douglas Corporation.
| Depart. 1 | Depart. 2 |
Unit: Unit barang dalam proses awal: Tingkat penyel.: 100% bahan baku, 75% biaya konversi – Dep. 1 100% bahan baku, 75% biaya konversi – Dep. 2 Unit masuk proses Unit yang diterima dari Departemen 1 Unit yang ditransfer ke gudang barang jadi Unit barang dalam proses akhir: Tingkat penyel.: 100% bahan baku, 40% biaya konversi – Dep. 1 100% bahan baku, 60% biaya konversi – Dep. 2 Unit rusak: Rusak normal Rusak abnormal Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa produk rusak di Dep. 1 telah menikmati 100% biaya produksi, sedang produk rusak di Dep. 2 telah menikmati 100% bahan baku dan 40% biaya konversi. Biaya produksi: Barang dalam proses awal: Harga pokok dari Departemen 1 Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik (dibebankan) Total Ditambahkan periode ini: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik (dibebankan) Total | 3.000 unit 21.000 unit 2.000 unit 3.000 unit 1.000 unit Rp 0 9.000 14.000 2.360 Rp25.360 Rp75.000 100.000 25.000 Rp200.000 | 7.000 unit 18.000 unit 19.000 unit 4.000 unit 1.000 unit 1.000 unit Rp 21.300 25.000 66.760 6.800 Rp119.860 Rp50.000 200.000 40.000 Rp290.000 |
Pertanyaan:
1. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 1 dan buatlah jurnal-jurnalnya.
2. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 2 dan buatlah jurnal-jurnalnya.
Douglas Corporation Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 1 Agustus 1999 | |||
Kuantitas: Unit masukan: Barang dalam proses awal Unit masuk proses Unit keluaran: Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 2 Unit barang rusak Unit barang dalam proses akhir | | 3.000 21.000 18.000 43.000 2.000 | 24.000 24.000 |
Unit Ekuivalen: Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 2 Unit barang rusak Unit barang dalam proses akhir: 2.000 x 100% 2.000 x 40% | | Bahan Baku 18.000 4.000 2.000 . 24.000 | Konversi 18.000 4.000 800 22.800 |
Perhitungan Harga Pokok per Unit: Biaya bahan baku: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya overhead pabrik Total biaya | Total Biaya Rp1.400.000,00 14.000.000,00 Rp15.400.000,00 Rp 656.000,00 5.000.000,00 Rp 5.656.000,00 Rp 1.100.000,00 9.000.000,00 Rp10.100.000,00 Rp31.156.000,00 | Unit Ekuivalen 44.000 40.400 40.400 | Harga Pokok per Unit Rp350,00 140,00 250,00 Rp740,00 |
Perhitungan Harga Pokok: Barang jadi ditransfer ke Dep. 2 (35.000 x Rp740,00) Barang dalam proses akhir: Biaya bahan baku (9.000 x Rp350,00) Biaya tenaga kerja langsung (9.000 x 60% x Rp140,00) Biaya overhead pabrik (9.000 x 60% x Rp250,00) | Rp3.150.000,00 756.000,00 1.350.000,00 | Rp25.900.000,00 5.260.000,00 Rp31.156.000,00 |
Douglas Corporation Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 2 Agustus 1999 | |||
Kuantitas: Unit masukan: Barang dalam proses awal Unit yang diterima dari Dep. 1 Unit yang ditambahkan di Dep. 2 Unit keluaran: Unit barang jadi ditransfer ke gudang Unit barang dalam proses akhir | | 6.000 35.000 5.000 44.000 2.000 | 46.000 46.000 |
Unit Ekuivalen: Unit barang jadi ditransfer ke gudang Unit barang dalam proses akhir: 2.000 x 100% 2.000 x 30% | | Bahan Baku 44.000 2.000 . 46.000 | Konversi 44.000 600 44.600 |
Perhitungan Harga Pokok per Unit: Harga pokok dari Dep.1 : Barang dalam proses awal Ditransfer dari Dep. 1 periode ini Unit yang ditambahkan di Dep. 2 Harga pokok dari Dep. 1 dises. Biaya bahan baku: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik: Barang dalam proses awal Ditambahkan periode ini Jumlah biaya overhead pabrik Total biaya | Total Biaya Rp 4.000.000,00 25.900.000,00 -- Rp29.900.000,00 Rp 1.200.000,00 8.000.000,00 Rp 9.200.000,00 Rp 1.028.000,00 7.000.000,00 Rp 8.028.000,00 Rp 460.000,00 4.000.000,00 Rp 4.460.000,00 Rp51.588.000,00 | Unit Ekuivalen 6.000 35.000 5.000 46.000 46.000 44.600 44.600 | Harga Pokok per Unit Rp 650,00 200,00 180,00 100,00 Rp1.130,00 |
Perhitungan Harga Pokok: Barang jadi ditransfer ke gudang (44.000 x Rp1.130,00) Barang dalam proses akhir: Harga pokok dari Dep. 1 (2.000 x Rp650,00) Biaya bahan baku (2.000 x Rp200,00) Biaya tenaga kerja langsung (2.000 x 30% x Rp180,00) Biaya overhead pabrik (2.000 x 30% x Rp100,00) | Rp1.300.000,00 400.000,00 108.000,00 60.000,00 | Rp49.720.000,00 1.868.000,00 Rp51.588.000,00 |
1.4. Produk Cacat dan Akuntansi Produk Cacat.
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan dan dapat diperbaiki.Untuk itu diperlukan biaya perbaikan. Perlakuan akuntansi terhadap biaya perbaikan ini tergantung penyebab yang mengakibatkan terjadinya produk cacat. Penyebab terjadinya produk cacat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) normal dan (2) abnormal.
1.5. Sisa Bahan dan Akuntansi Sisa Bahan.
Sisa bahan terjadi akibat dalam pemakaian bahan tidak semua bahan dimanfaatkan, artinya ada sebagian bahan yang tersisa. Sisa bahan ini, tidak dapat dimanfaatkan lagi dalam proses produksi dan biasanya laku dijual. Perlakuan akuntansi terhadap hasil penjualan sisa bahan dapat dibedakan menjadi (1) dialokasikan ke biaya oevrhead pabrik sesungguhnya jika dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik adanya hasil penjualan sisa bahan sudah ikut diperhitungkan atau (2) dialokasikan ke persediaan barang dalam proses jika dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik adanya hasil penjualan sisa bahan tidak ikut diperhitungkan.
1.6. Limbah Bahan dan Akuntansi Limbah Bahan.
Limbah bahan adalah sisa bahan yang tidak laku dijual. Untuk itu diperlukan biaya membuang atau memusnahkan limbah bahan tersebut. Biaya pembuangan atau pemusnahan limbah bahan diakui sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar